Erasmus+ Personal Story

Hi! Aku Rabiatul Adawiyah, biasa dipanggil Raby. Sedang melanjutkan pendidikan S2 di Warsaw University of Life Sciences (SGGW), salah satu kampus di Polandia. Berbekal ilmu statistik saat sarjana, aku memberanikan diri mengambil jurusan Big Data Analytics. Ambisinya, ingin bisa menaklukan bahasa pemrograman untuk membuka jalan baru sebagai Data Analyst atau Data Scientist. Menyelam sambil mengeluh beberapa kali, ternyata tak semudah yang ada dalam imajinasiku selama ini.

Meski demikian, jiwa petualang dan ingin menantang diri masih menyala. Di semester ketiga, aku memutuskan untuk mengikuti program Erasmus+. Program yang menawarkan belajar di salah satu kampus di negara Eropa lainnya selama satu atau dua semester. Sudah lama aku mendengar tentang ini, bahkan saat masih di Indonesia. 

Proses seleksi Erasmus di kampusku dimulai dari tingkat fakultas. Proses seleksi dilakukan dengan mengisi formulir keikutsertaan di fakultas sebelum dinominasikan di tingkat universitas. Persyaratan seperti nilai pun akan diserahkan langsung oleh fakultas. Daftar negara yang bisa dituju pun akan diberikan.

Aku memilih Italia sebagai negara tujuanku. Negara yang memiliki kampus tertua di dunia (didirikan pada 1088), Alma Mater Studiorum – Università di Bologna (Unibo) yang berada di kota kecil bernama Bologna. Unibo terletak di tiga lokasi yang berbeda yakni kampus utama di Bologna, Remini, dan Cesena.

Selain menjadi kampus tertua, Unibo adalah universitas riset publik peringkat pertama di Italia dan menempati urutan ke-161 di dunia berdasarkan World University Rankings. Menurutku, jurusan dan mata kuliah yang ditawarkan pun sangat menarik seperti Machine Learning, Data mining, Machine Learning for Data Scientist, dan lain sebagainya.

Hal ini menguatkan tekadku untuk bisa menjalankan perkuliahan semester 3 selama lima bulan di sana. Ada banyak rintangan yang dilalui, salah satunya perkara tempat tinggal yang memang menjadi masalah semua mahasiswa. Sebaiknya, jika ingin Erasmus di sana, harus mencari tempat tinggal jauh-jauh hari seperti mencari koneksi dari grup erasmus untuk berbagi kamar dan lainnya.

Sebenarnya ada beberapa kampus yang menyediakan asrama untuk mahasiswanya. Namun, di Unibo Bologna sedikit sulit untuk mendapatkan asrama. Ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Selain itu, pihak yang mengurus asrama juga bukan Unibo sendiri, melainkan lembaga lain bernama ER.GO. Lembaga ini menawarkan dukungan ekonomi untuk siswa tertentu yang dipilih melalui kompetisi, seperti hibah studi, layanan akomodasi, berbagai kontribusi, layanan teknologi informasi, pendampingan untuk siswa cacat, bimbingan karir dan layanan katering. Aku sendiri sempat mengisi form pendaftarannya di website, namun tak dapat memenuhi beberapa persyaratan.

Salah satu kelebihan Erasmus adalah kita dibebaskan untuk mengambil mata kuliah dari berbagai fakultas yang ada. Aku sendiri mengambil empat mata kuliah dari fakultas yang berbeda-beda. Pengalaman belajar yang sangat menyenangkan bersama mahasiswa-mahasiswi Italia dan negara lainnya.

Meskipun perkuliahan dalam bahasa Inggris, sebagian besar mahasiswanya berasal dari Italia. Jumlah mahasiswanya dalam satu kelas pun cukup banyak, rata-rata di atas 50 mahasiswa. Mereka menyambut mahasisaw non-Italia dengan baik, selalu terbuka untuk diskusi di kelas maupun di luar kelas. Meskipun, saat berkomunikasi dengan sesama mahasiswa Italia dalam bahasa Italia, namun, saat ada mahasiswa internasional, mereka akan menggunakan bahasa inggris.

Hal ini yang membedakan kampusku di Polandia, hanya segelintir manusia yang berasal dari negara yang berbeda. Mungkin dikarenakan program untuk kelas internasionalnya yang masih dalam tahap pengembangan.

Tak hanya dari sisi mahasiswa, Unibo juga memiliki sistem kehadiran dan ujian yang berbeda baik dari Polandia maupun Indonesia. Di sana, kehadiran bukan menjadi syarat wajib. Ujian akhirnya pun berupa tulisan dan lisan. Jika tak puas dengan hasil ujian, mahasiswa bisa mengikuti ujian di jadwal berikutnya. Jujur, aku kewalahan. Tak pernah aku menjalani ujian lisan sebelumnya.

Sistem ini mendorong mahasiswanya memiliki ambisi yang tinggi dalam belajar. Unibo memiliki banyak perpustakaan dan ruang belajar. Tiap ruang belajar di beberapa fakultas penuh setiap harinya, antrian panjang di perpustakaan, dan ruang komputer yang harus dipesan sebelum digunakan. Mereka tak mengenal waktu, meski kampus tutup karena perayaan natal, aku menemukan gerombolan mahasiswa menyulap Cafetaria kampus sebagai tempat belajar.

Aku terkejut dengan banyak kebiasaan yang tak kutemukan sebelumnya, namun hal itu memberikanku banyak energi positif. Mereka hidup seimbang, tidak hanya gila belajar mereka juga nongkrong, bertukar banyak topik obrolan. Menghabiskan malam hingga pagi buta untuk bercengkrama dengan teman di pinggir jalan di area kampus. Beberapa kali aku bergabung. Mereka menceritakan tempat-tempat menarik dan bersejarah di Bologna, perspektif melihat patung ikonik Neptune di tengah kota, hingga mitos yang dipercaya mahasiswa tak akan lulus jika menaiki sebuah menara di Piazza Maggiore. 

Kami banyak bertukar pengetahuan tentang Italia, Eropa, Asia, dan Indonesia, saling mengajari tentang bahasa, hingga kuis tentang letak berbagai negara. Bologna kota yang hidup karena mahasiswanya, kota kecil yang memberikan banyak kehangatan untuk siapa saja yang ingin mencari pengalaman, bertukar budaya, dan mencari teman karib. 

Di waktu luang, aku habiskan dengan mengitari tengah kota, mencoba makanan khas Italia, Pizza dan Pasta. Entah karena apa, rasanya berbeda dengan yang pernah ku coba di Polandia atau Indonesia, mungkin memang benar, karena mereka pemiliknya. Aku juga mengunjungi kota lain seperti Milan, Roma, Venice, dan Florence bersama teman-temanku. Tiap kota berbeda, memiliki keindahan tersendiri yang tak bisa dibandingkan dengan yang lainnya. 

Bologna kota yang cukup mahal baik untuk tempat tinggal maupun kebutuhan sehari-hari. Tiket transportasi seperti bus pun demikian, karenanya aku lebih nyaman untuk berjalan kaki, ya tepatnya untuk berhemat. Alternatif lainnya adalah mengendarai sepeda. Ini hal menarik lainnya dari Unibo, rata-rata mahasiswanya mengendarai sepeda ke kampus. Selain itu, mereka juga membawa bekal untuk makan siang. Sebuah kebiasaan yang sangat efektif untuk mengatur keuangan Erasmus yang tak seberapa.

Unibo dan Bologna adalah warna baru dalam proses belajarku. Aku mendapatkan makna dari apa yang aku pilih, tujuan utama aku datang ke kota ini. Jadi, sebenarnya negara dan kampus manapun yang dipilih untuk menjalani Erasmus, semuanya bergantung pada tujuan, apa yang ingin didapatkan.

Semua foto dalam artikel ini adalah koleksi pribadi.

Tentang Penulis

Rabiatul Adawiyah, biasa dipanggil Raby. Mahasiswa jurusan Big Data Analytics di Warsaw University of Life Science. Sedang berusaha memenuhi banyak mimpi, doain ya 🙂 Kalau mau tanya-tanya soal Erasmus ke Unibo, bisa hubungi aku ke email raby.yagami@gmail.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published.