“Mengapa Polandia?” dan Tiga Belas Alasan Mengapa Saya Memilih Polandia

Pengalaman saya mengikuti program IISMA ke University of Warsaw, September – Desember 2021

Mengapa Polandia?” – saya mendengar pertanyaan ini puluhan kali selama menjalani program pertukaran pelajar Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) ke University of Warsaw. Terkadang saya berandai-andai apa yang ada di pikiran orang ketika menanyakan ini, “Kenapa kamu tidak memilih negara destinasi utama pendidikan?” “Mengapa tidak memilih negara yang lebih maju?” atau “Universitas yang lebih bergengsi.”

Saya hanya bisa tersenyum. Kita terlalu terobsesi terhadap reputasi, gengsi, dan nama besar universitas dan negara tujuan sampai sering kali mengaburkan pemahaman mengenai program akademik dan kegiatan sosio-kultural yang bermakna dan sesuai bagi cita-cita kita sendiri.

Foto bersama KBRI Warsaw dan Staf University of Warsaw
Tangkapan layer dari Instagram @indonesiainwarsaw
Foto di depan Old Town (Stare Miasto), Warsaw

Pertanyaan “Mengapa Polandia” tersebut ditanyakan tidak hanya oleh kerabat maupun teman saya, tetapi juga orang Polandia sendiri. Sepengetahuan saya, orang Polandia dan orang Indonesia memiliki sedikit kesamaan – di satu sisi, beberapa orang tampak sangat nasionalis, namun di sisi lain banyak anak mudanya yang kurang menyukai kebijakan pemerintah dan negaranya. Adik saya sendiri sebelum saya berangkat sudah memperingatkan “Hati-hati karena Polandia Islamofobik dan rasis.” Alih-alih mengaminkan atau langsung menegasikan asumsi-asumsi di atas, dalam tulisan ini, saya mau bertanya sebaliknya, “Mengapa-(tidak) memilih Polandia?” dan saya pikir saya punya beberapa jawaban terhadap keraguan-keraguan sebagian besar orang ketika studi ke Polandia.

Kastil Wawel di Kota Budaya, Krakow
Kamp Detensi Auschwitz

Polandia kan negara “berkembang,” apa yang menarik?

Alih-alih membahas Polandia dari lensa negara berkembang dan negara maju, saya ingin menunjukkan menariknya Polandia dari sisi lain.

Pertama, secara umum Polandia merupakan negara yang berada di persinggungan kultur Eropa Barat dan Eropa “Timur,” membentuk kebudayaan Eropa Tengah. Kamu bisa menemukan kastil-kastil abad pertengahan, bangunan peninggalan era Soviet, monumen-monumen memperingati kekejaman Nazi, serta bangunan modern ciri kapitalisme masa kini. Kebetulan, asrama saya terletak di jalan Zamenhof yang merupakan seorang Yahudi penemu bahasa Esperanto. Setiap perjalanan saya ke kampus pun senantiasa diingatkan oleh kekejaman pendudukan Nazi dan kejahatan selama Perang Dunia terhadap orang Yahudi melalui monumen dan marka jalan di sekitar asrama.

Kedua, selain strategis secara sejarah, Polandia menjadi negara yang strategis bila kamu tertarik mempelajari institusi Uni Eropa, kultur pasca-Soviet, Eropa Tengah, dan persaingan Rusia dan Uni Eropa di daratan Eropa. Letaknya persis di samping Belarusia dan Ukraina, alasan utama mengapa NATO, pakta pertahanan Atlantik Utara, menginginkan Polandia di sayap timurnya. Walaupun berada di dekat ‘hotspot’ rivalitas tersebut, Polandia tetap merupakan negara yang aman untuk dikunjungi (sejauh ini), jadi kamu tidak perlu khawatir!

Ketiga, kota Warsaw (dan sebagian besar kota di Polandia) nyaman untuk berjalan kaki, tidak macet atau terlalu padat, transportasi publik tersedia dengan mudah, dan biaya hidup relatif murah – biaya hidupnya hanya 1800 PLN Zloty (mata uang Polandia) atau UMP DKI Jakarta lebih sedikit. Kami juga dituntut untuk lebih ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik dibiasakan memisahkan sampah berdasarkan jenisnya, dan lain sebagainya.

Keempat, Polandia yang berada tepat di tengah-tengah Eropa dan merupakan negara Uni Eropa membuat kamu bisa berkunjung ke banyak negara, misalnya Eropa Tengah seperti Hongaria dan Republik Ceko, atau pun negara Eropa Barat seperti Belanda, dan Prancis, bahkan negara Eropa Timur dan Balkan yang merupakan negara Uni Eropa atau negara yang memberikan bebas visa pengunjung kepada Indonesia, misalnya Belarus dan Serbia.

Kelima, bagi saya sebagai mahasiswa hubungan internasional (HI), Polandia menjadi negara yang menarik. Selain karena belakangan ini menjadi negara yang berjasa dalam menampung pengungsi dari Ukraina, Polandia juga memiliki “masalah”-nya sendiri. Saya pernah pulang dari restoran dan terjebak dalam demo pro-choice, demo LGBTQ+, maupun demo pro-integrasi Eropa yang ketiganya tidak mungkin ditemukan di Indonesia. Tetapi, saya pikir kesamaannya adalah kesadaran anak muda untuk membela keadilan di tengah mengeringnya demokrasi.

Kunjungan ke Senat Polandia
Kelas dengan Representasi Kebijakan Luar Negeri Polandia

Selain negara, memangnya apa yang menarik dari memilih IISMA ke University of Warsaw? 

Banyak.

Keenam, berkaitan dengan IISMA, saya pikir bila Kamu tertarik menjadi bagian dari proyek besar hubungan bilateral Indonesia dan Polandia, memilih University of Warsaw adalah pilihan yang tepat. Sejak kedatangan kami di Bandar Udara Frédéric Chopin, pada 5 September 2021, kami diperlakukan bak tamu negara. Kami disambut oleh KBRI Warsawa dan diajar langsung oleh eks-Duta Besar Polandia untuk Indonesia, Y. M. Tomasz Łukaszuk. Kami juga bertemu dan bahkan berkesempatan untuk berbicara langsung dengan representasi Polish-Indonesia Parliamentary Groupserta representasi kementerian Polandia untuk negara-negara Asia Pasifik.

Ketujuh, kegiatan selama pertukaran pelajar tidak terbatas pada pembelajaran di kelas, tetapi juga ekskursi ke berbagai tempat sejarah dan budaya, misalnya kunjungan ke Żelazowa Wola, desa kelahiran Fryderyk Chopin, Kastil Wawel di kota bersejarah, Kraków, serta kunjungan ke kamp pengungsian era Nazi Auschwitz – Birkenau di Oświęcim (kota Auschwitz dalam bahasa Polandia). Kami juga mendapat kesempatan untuk belajar bahasa dan sejarah Polandia yang bagi orang non-Slavik tentunya sangat sulit dan bahkan seperti “password wifi,”kalau kata rekan saya. Terlepas dari itu, sangat menyenangkan belajar bahasa dan budaya baru.

Kedelapan, kami juga diundang ke kelas dan workshopdi tempat-tempat penting, misalnya ke Ombudsman, Warsaw Stock Exchange, dan Senat Polandia (SEJM). Di sini kami mempelajari mengenai bagaimana institusi politik, HAM, dan ekonomi dijalankan di Polandia.

Kesembilan, kami bertemu dengan figur-figur keren dari Uni Eropa, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), akademisi, aktor bisnis/korporasi besar, dan representasi organisasi non-pemerintah baik melalui kegiatan kelas maupun di luar kelas melalui kelas Diplomasi Uni Eropa dan Polandia. Akan tetapi, teman-teman yang berasal dari latar belakang bukan mahasiswa HI atau Ilmu Politik, tidak perlu terlalu khawatir, mengingat sebagian besar kegiatan ini didesain untuk bersifat multidisipliner.

Foto di depan Gedung University of Warsaw
Foto kelas Bahasa, Budaya, dan Sejarah Polandia

Lalu, bagaimana pengalaman akademiknya? Kan Universitasnya tidak bergengsi?

Lagi-lagi, kita harusnya mempertanyakan keputusan kita untuk memilih universitas berdasarkan gengsi dan reputasi akademik. Memang universitas di Polandia bukan top-tier tujuan studi luar negeri, tetapi bukan berarti negara ini tidak memiliki corak akademik yang khas.

Kesepuluh, Polandia adalah tempat yang tepat untuk belajar hubungan internasional dari sudut rivalitas Uni Eropa-Rusia. Bagi kamu yang tertarik sejarah dan budaya Eropa, di Polandia kamu bisa mempelajari budaya Eropa Barat, Timur, dan Tengah sekaligus. Di samping itu dari sisi ekonomi, teknologi, sains, Polandia juga negara yang cukup populer sebagai destinasi pendidikan. Negara ini menawarkan beasiswa Stefan-Banach bagi mahasiswa Indonesia, khususnya di bidang Sains dan Teknologi.

Kesebelas, skema Erasmus membuat kamu bisa bertemu dengan mahasiswa dari negara Balkan maupun Eropa Timur – yang kalau kamu bukan berasal dari latar belakang HI, mungkin kamu belum pernah mendengar nama negaranya – misalnya Armenia, Georgia, Azerbaijan, Slovakia, Slovenia, dan lainnya. Sehingga, kelasnya tidak terasa kompetitif dan kamu bisa bertukar budaya & bahasa selama kelas berlangsung.

Keduabelas, pengajaran dosen menurut saya sangat baik dan komprehensif. Dosen tidak berjarak dengan mahasiswa, kamu bisa angkat tangan di tengah-tengah lecture dan sistem kelas didominasi oleh diskusi. Surprisingly enough, mahasiswa IISMA Indonesia walaupun kadang tidak dibiasakan dengan sistem ini, cukup aktif di kelas, loh! Saya bahkan masih berhubungan dengan beberapa dosen saya di sana dan mereka sangat suportif!

Jamuan makan ‘welcoming dinner’ sesaat tiba di Polandia
Jamuan makan perpisahan sebelum pulang ke Indonesia

Lalu, bagaimana dengan anggapan bahwa orang Polandia tidak ramah, rasis, dan Islamofobik?

Terakhir, pengalaman setiap orang tentunya berbeda, tetapi selama IISMA, kami diperlakukan seperti tamu dan tamu diperlakukan seperti Tuhan di Polandia. University of Warsaw menjamu kami dalam banyak acara makan malam, memperkenalkan makanan khas Polandia, yaitu Pierogi. Orang Polandia mungkin bukan orang yang langsung tersenyum dan menyapa di jalan, tetapi mereka sangat menghargai tamu.

Saya tidak menyangkal bahwa ada teman-teman saya yang mengalami mikroagresi dan kami sempat takut keluar asrama pada saat Hari Kemerdekaan pada 11 November – tanggal kemerdekaan Polandia di mana terdapat rally orang-orang ultranasionalis – but we did it anyway. Sebagai orang Asia, kami tentu dilihat dengan tatapan tajam sepanjang jalan, tapi worth it karena kami berhasil melihat parade hari kemerdekaan yang heboh. Saya pikir ini pengalaman unik menjadi minoritas di negara orang, pengalaman yang mungkin sudah bertahun-tahun dirasakan teman-teman minoritas kita di Indonesia. Kalau menemukan hal yang tidak pas, tinggal balik ke kita untuk speak up.

Pada akhirnya, Polandia menjadi negara destinasi studi yang menarik bila kamu memahami tujuanmu studi di sana dan program yang kamu hendak ambil, terutama bagi kamu yang hendak berangkat IISMA. Bagi kamu yang tertarik belajar sejarah, budaya Eropa Barat-Timur-Tengah, atau mau ambil bagian dalam upaya mempererat hubungan diplomatik Indonesia-Polandia, kamu tentu tidak mau melewatkan kesempatan ini!

Tentang Penulis

Muhammad Anugrah Utama atau akrab dipanggil Tama merupakan awardee IISMA ke University of Warsaw, Polandia pada tahun 2021, dan lulusan terbaik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada. Tama hobi menulis dan riset seputar relasi Uni Eropa, khususnya Eropa Tengah dengan Indonesia. Kalau kamu tertarik berdiskusi seputar ini, bisa kontak melalui Instagramnya @tama_anugerah. Di waktu luang, Tama juga suka berbicara tentang budaya, sejarah, makanan, dan tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi di Eropa Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.