Testimoni

4.png– Yuita Arum Sari, Awardee Erasmus Mundus Scholarship

Kesempatan dari beasiswa Erasmus+ program Master Exchange saat itu mengijinkan saya untuk mencicipi jurusan Ilmu Komputer di salah satu universitas di ibukota Polandia, Warsaw University of Technology (WUT). Ada suka dukanya itu sudah pasti, namanya juga mahasiswa. Iya kan? Program beasiswa saya berlaku untuk 10 bulan tepat, sharply mulai dan selesai 10 bulan.Saat exchange itu saya tercatat sebagai mahasiswa S2 Teknik Informatika di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.

Akhirnya saya bisa merasakan kuliah di negara 4 musim yang ternyata adaptasi menghadapi 4 musim pertama kali cukup membuat saya pernah alergi dingin pertama kali pada musim gugur, atau banyak jerawat ketika musim semi tiba dan menjadi sangat hitam pada musim panas. Ya, itu sebagian warna-warni kuliah di Polandia. Menyenangkan dan penuh kenangan.Well, kuliah di dalam negeri saja terkadang susah, apalagi di luar negeri kan? Pasti sedikit banyak itu yang terlintas dalam pikiran kita. Saya diperkenankan merasakan kuliah S2 di 2 negara yang berbeda (2 tahun di Indonesia, 10 bulan di Polandia) dan merasakan sistem pendidikan yang berbeda pula. Proses adaptasi itu tidak mudah pada awalnya. Perbedaan signifkan terkait teman belajar, dosen, bahasa, lab, project, semuanya menjadi peraduan yang tak kunjung habisnya bagi para penuntut ilmu cupu seperti saya. Dalam sudut pandang saya perbedaan sistem pendidikan itu menarik, sehingga saya berusaha untuk selalu serius kuliah disana (sambil jalan-jalan juga sih hehe). Karena saya yakin pada nantinya pasti ada metode belajar mengajar yang bisa dijadikan panutan, terutama buat saya yang masih baru di dunia akademisi ini. Honestly, perpaduan kedua sistem tersebut menjadi perfect match dalam kehidupan pendidikan S2 saya.

5.png– Satrio Kuntolaksono, mahasiswa Master in Nanocomposite, Politechnika Poznanska

Pengajar di Polandia sangat mendukung mahasiswa yang ingin menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu. Pada semester ke dua perkuliahan, saya sudah mendapatkan promotor untuk tesis dan sudah mulai mengumpulkan data. Polandia juga sangat memperhatikan ketepatan waktu dan kualitas pengajar. Meskipun memiliki aturan kuliah yang sangat ketat, suasana belajar di kelas masih sangat nyaman dan santai. Untuk program Master di Polandia, kami tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga melakukan praktikum dan mendapat tugas proyek. Padatnya jadwal kuliah menuntut mahasiswa untuk aktif. Kerja sama antara teman kuliah sangat diutamakan. Beruntung sekali saya kuliah di Polandia karena teman internasional maupun teman asli Polandia sangat kooperatif.

6.png– Fajar Prasetya, Mahasiswa pascasarjana bidang International Relations, Central-Eastern Europe, Uniwersytet Warszawski

Saya mengutip sebuh kalimat dari Ketua PPI Polandia periode 2015/16,  Kita bisa menjadi pintar dimana saja, tapi tidak bisa mendapatkan pengalaman yang begitu berharga dan berbeda dimana saja”.

Polandia adalah salah satu negara yang memberikan pengalaman berbeda dan berharga tersebut. Polandia sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan negara-negara Uni Eropa lainnya, karena Polandia mempunyai keunikan tersendiri. Selain negara yang paling homogen di Uni Eropa, Polandia adalah salah satu contoh negara yang sukses dalam transisi dari komunisme ke liberal demokrasi, dan masuk kedalam jajaran negara maju hanya dalam kurun waktu dua dekade — dan hal-hal tersebut masih sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari di Polandia. Disamping itu dibandingkan dengan mayoritas negara-negara Eropa lainnya, Polandia adalah sebuah negara low-cost, dimana living-cost disini sangat bersahabat dengan pelajar.

7.png– Wildan Abdusalam, M.Sc.

Pada awalnya saya tertarik datang ke WRUT karena pembimbing saya, reputasi WRUT dan pengembangan karir ke depan saya. Suasana belajar yang kondusif ditambah dengan dukungan supervisor dan dosen pengajar di sana mengantarkan saya bisa meraih beasiswa S3 Marie curie di Max Planck Institut Dresden.

8.png– Mega Silfani. Awardee Ignacy Łukasiewicz Scholarship. Mahasiswi doktoral bidang Matemaika, Faculty of Mathematics and Computer science Uniwersytet Łódz

Kehidupan di Polandia sangat nyaman, Saya sama sekali tidak mengalami culture shock, hanya sedikit perlu penyesuaian pada suhu yang memang terbiasa dengan iklim tropis di Indonesia. Secara umum, studi di Polandia sangat menyenangkan karena biaya hidup yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Pada saat mendaftar beasiswa sebagai mahasiswi program doktoral, awalnya saya sedikit kesulitan untuk mendapatkan invitation letter dari Universitas Polandia karena saat itu bertepatan dengan libur musim panas. Akan tetapi, penyedia beasiswa membantu kami dengan memberikan waktu 1 bulan untuk mendapatkan approval dari profesor yang akan menjadi pembimbing penelitian kami. Kehidupan kampus di sini pun sangat nyaman, saya mendapatkan pembimbing dan teman teman yang sangat baik.

9.pngJadi dulu saya bisa bekerja di Polandia lewat website program Au Pair atau terkenal dengan pekerjaan sebagai pengasuh anak yg tinggal bersama host dan digaji serta disekolahkan (dalam banyak kasus, sekolah bahasa). Polandia merupakan salah satu negara Eropa Timur yang mana lumayan menguntungkan karena living cost tidak setinggi di Eropa Barat (bagi yang doyan traveling, Polandia bisa jadi persinggahan).

Tantangan bekerja (dan hidup) di Polandia yang pertama menurut saya adalah suhunya yang ekstrim pada saat musim dingin (bandingkan dengan di Indonesia), butuh waktu beberapa bulan untuk tubuh menyesuaikan dengan temperatur yang lebih rendah dari di tanah air. Yang kedua adalah bahasa. Polandia memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Polandia (untung saya ambil sekolah bahasa), tapi kalau pun buta bahasa Polandia, banyak masyarakat Polandia (terutama anak mudanya) yang bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Tapi kalau sudah berhadapan dengan kasir/penjaga toko yang sudah tua, waaah siap2 pakai bahasa kalbu deh.


However, tinggal di Polandia (bekerja/bersekolah) nggak akan menyesal, sangat happy, malah kalau diberi kesempatan saya mau lagi deh ke sana.

10.pngawal mula saya bekerja di Polandia, karena saya mendapat tawaran promosi jabatan dari NSN (Nokia Siemens Networks) atasan saya di Berlin & Wroclaw, dg syarat saya harus pindah dari kantor NSN di Jakarta ke kantor di Wroclaw. Otomatis saya juga harus tinggal di Wroclaw.

Kelebihan semenjak bekerja di Polandia :

  1. Saya kerja bisa lebih dekat dengan bos2 saya karena 1 lokasi & timezone
  2. Saya banyak belajar cara kerja & corporate culture orang2 Polandia itu seperti apa. Sebalik nya mereka juga banyak belajar cara kerja & corporate orang Asia seperti apa dari saya
  3. Di sini jam kerja nya tepat waktu, dalam arti benar2 disesuaikan dg peraturan tenaga kerja di sini

Tantangan kerja di sini : pertama masalah bahasa, tapi sehari2 kalau di kantor kita profesional pakai bahasa Inggris. kedua mungkin masalah kedisiplinan, kebetulan aku nya lebih disiplin daripada teamku di sini yang lebih santai.

11.pngSaya sudah mengabdi selama enam tahun sebagai dosen pada jurusan Filologi Bahasa
Indonesia-Melayu di Universitas Adam Mickiewicz. Waktu itu ketika UAM membutuhkan beberapa dosen bahasa Indonesia, dengan berbekal ijasah S1 FKIP Malang jurusan Bahasa Indonesia, saya mendaftar dan diterima untuk mengajar dalam jangka waktu tertentu. Namun, karena jumlah peminat jurusan ini meningkat setiap tahun, maka saya kontrak kerja saya berlaku selamanya.

Bekerja sebagai Dosen di Eropa terutama negara Polandia tentu hal yang diidamidamkan bagi dosen-dosen di Indonesia. Universitas di Eropa umumnya termasuk Universitas Adam Mickiewicz terkenal dengan standar akademik yang modern, riset yang
canggih, dan lingkungan yang sangat mendukung.

UAM sangat menawarkan banyak sekali program ditingkat sarjana, master, dan doktor, profesor tanpa pungutan biaya, dan terbukti saya pernah mengambil kuliah S2 di tempat ini tanpa biaya. Kelebihannya adalah banyak hal yang kami pelajari dari dosen-dosen Eropa baik dari hal belajar maupun mengajar. Sebagai dosen dari Indonesia kami juga bangga berada di sini untuk mengabdi dan mengajar orang dari negara lain. Pada dasarnya, mengajar orang yang beda budaya yang tentu saja berbeda karakter. Mahasiswa pada umumnya tegas, punya sifat ingin tahunya tinggi dan tidak suka basabasi. Kalau mahasiswa di Indonesia lebih banyak takut akan dosen, tapi di Polandia tidak takut namun sangat menghargai. Seiring dengan berjalannya waktu, kami bisa atasi itu semua dengan cara berusaha masuk dalam lingkungan mereka, sehingga proses belajar mengajar kami dari tahun ke tahun semakin membaik.

Selain mengajar, kami juga mempromosikan budaya seperti tarian, demo masakan tradisional, agar mereka tidak jenuh.